KARYA
TULIS
POTENSI TUMBUHAN JALANTIR (Erigeron sumatrensis)
SEBAGAI PESTISIDA NABATI HAMA ULAT DAUN (Plutella
xylostella)
PADA
TANAMAN KUBIS BUNGA (Brassica oleracea var. botrytis)
Diajukan Sebagai Bahan Pelaksanaan
Lomba Karya Inovatif Siswa SMK-PP Tahun 2013
DISUSUN OLEH :
Fitri Hayati (NRP. 20110060)
Lia Ariyani (NRP. 20110064)
Neneng Siti Aminah (NRP. 20110066)
SMK
PERTANIAN PEMBANGUNAN NEGERI LEMBANG
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
Jl. Raya
Tangkuban Perahu KM. 3 Cilumber- Lembang, Kab. Bandung Barat 40791
2013
BIODATA PENYUSUN
Nama : Fitri Hayati
Tempat,
tanggal lahir : Bandung, 13 Februari
1997
Nama
Sekolah :
SMK Pertanian Pembangunan Negeri Lembang
Kelas : XI Penyuluh
Pertanian
Alamat :
Jln. Gunung Putri Rt.02 Rw.19 Desa Jayagiri, Lembang
No. Telp
: 08987125024
Nama : Lia Ariyani
Tempat,
tanggal lahir : Bandung, 12 Mei 1996
Kelas : XI Penyuluh
Pertanian
Alamat : Kp. Pasir Luyu Pencut Rt.04 Rw.07 Desa Lembang, Lembang
No. Telp
: 089656269958
Nama : Neneng Siti Aminah
Tempat,
tanggal lahir : Bandung, 21 Desember
1995
Nama
Sekolah : SMK Pertanian Pembangunan Negeri
Lembang
Kelas : XI Penyuluh
Pertanian
Alamat : Kp. Cipariuk Rt.03 Rw.12 Desa Sukajaya, Lembang
No. Telp
: 085314869634
POTENSI TUMBUHAN JALANTIR (Erigeron sumatrensis)
SEBAGAI PESTISIDA NABATI HAMA ULAT DAUN (Plutella
xylostella)
PADA
TANAMAN KUBIS BUNGA (Brassica oleracea var. botrytis)
Ulat daun (Plutella xylostella) merupakan hama yang banyak ditemukan pada beberapa tanaman sayuran,
terutama tanaman kubis bunga (Brassica
oleraceae var.botrytis). Hama ulat daun (Plutella xylostella) ini merusak tanaman dan dapat
menjadi vektor penyakit. Pengendalian yang biasa dilakukan adalah menggunakan pestisida
kimia. Penggunaan pestisida secara terus menerus dapat menyebabkan resistensi
hama serta menyebabkan efek buruk terhadap lingkungan dan berdampak pada
organisme bukan sasaran terutama musuh alami. Penggunaan pestisida alami atau
nabati adalah salah satu solusi untuk mengendalikan hama sasaran, selain
efektif juga aman terhadap musuh alami. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui potensi tumbuhan Jalantir (Erigon
sumatrensis) sebagai pestisida
hama ulat daun (Plutella xylostella)
pada tanaman kubis bunga (Brassica
oleraceae var.botrytis). Menurut Kementrian Negara Riset dan Teknologi
Republik Indonesia (2001) dalam daun
dan akar tumbuhan Jalantir (Erigon
sumatrensis) mengandung senyawa saponin, disamping itu daunnya mengandung
polifenol dan akarnya juga mengandung flavonoida serta kulit batangnya
mengandung alkaloid, flavonoida dan polifenol. Senyawa saponin yang diencerkan
bersifat racun bagi hewan berdarah dingin dan hewan invertebrata seperti ulat
daun. Flavonoida mempunyai rasa pahit hingga dapat bersifat menolak sejenis
ulat tertentu, dan alkaloid dapat menyebabkan serangga mati (Ahmad Najib,2009).
Hasil percobaan yang telah dilaksanakan di SMK PPN Lembang, pada bulan Februari
- April 2013 dengan metode residu pada pakan atau celup pakan (Subyakto, 2005),
menunjukan bahwa ekstrak Jalantir (Erigon
sumatrensis) pekat dengan fermentasi dapat membuat ulat daun (Plutella xylostella) mati setelah 24 jam(1
hari).
Kata kunci:
·
Ulat
·
Pestisida
Nabati
·
Saponin
·
Jalantir
·
Kubis
Bunga
POTENCY OF JALANTIR PLANTS (Erigeron sumatrensis)
AS LEAF CATERPILLARS (Plutella xylostella) PEST PESTICIDE
AS LEAF CATERPILLARS (Plutella xylostella) PEST PESTICIDE
ON SPROUTS (Brassica oleracea var. Botrytis).
Leaf caterpillars (Plutella
xylostella) is a pest that is found in some
vegetables, especially cauliflower plants (Brassica
oleraceae var.botrytis). Leaf caterpillar pests
(Plutella xylostella) is damaging plants
and can be a
disease vector. Control
is usually done using chemical pesticides. Continuous
use of pesticides can lead to pest resistance and lead to adverse
effects on the environment and
impact on non-target organisms, especially natural enemies. The use of natural pesticides or plant is one solution for controlling target pests, safe as well
as being effective against natural enemies. This study aims to determine the potency of plants Jalantir (Erigon
sumatrensis) as pesticides leaf caterpillar pests
(Plutella xylostella) on cabbage flower (Brassica
oleraceae var.botrytis). According to the Ministry of Research and Technology
of the Republic of Indonesia (2001) in the leaves and
roots of plants Jalantir
(Erigon sumatrensis) contain saponin compounds, in
addition to the leaves contain
polyphenols and flavonoids
as well as the roots also contain bark contains
alkaloids, flavonoids and polyphenols. Saponin compounds
that are toxic to animals diluted cold-blooded
invertebrates such as caterpillars and leaf.
Flavonoids have a bitter taste to be
able to resist a
certain kind of worm, and alkaloids can
cause dead insects
(Ahmad Najib, 2009).
Results of the experiments that have
been conducted at SMK Pertanian
Pembanggunan Negeri Lembang, in February-April
2013, with the residual
method or feed
bags (Subyakto, 2005),
showed that the extract
Jalantir (Erigon sumatrensis)
acid by fermentation can make a caterpillar leaf
(Plutella xylostella) dead after 24 hours (1 day).
Keywords:
•Caterpillars
•Botanical Insecticedes
•Saponins
•Jalantir
•Cabbage
•Caterpillars
•Botanical Insecticedes
•Saponins
•Jalantir
•Cabbage
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
1.1.1
RUMUSAN
MASALAH DAN URAIAN GAGASAN
Lembang merupakan salah satu
sentra produksi sayuran dataran tinggi di Jawa Barat, terutama untuk tanaman
kubis-kubisan karena berdasarkan agroklimat, Lembang sesuai dengan syarat
tumbuh penanamanya.
Salah satu upaya petani dalam
meningkatkan produksi tanaman kubis-kubisan yakni dengan pengendalian hama dan
penyakit. Hama yang sering ditemui petani adalah ulat daun (Plutella
xylostella)
yang mampu menyebabkan kerusakan berat dan dapat menurunkan produksi
kubis-kubisan. Kondisi seperti ini tentunya merugikan petani sehingga banyak
petani mengupayakan masalah ini dengan cara pintas menggunakan pestisida kimia
yang harganya relatif mahal dan memiliki dampak negatif bagi lingkungan serta
bagi manusia. Sehingga hal tersebut merupakan suatu dorongan untuk menciptakan
suatu inovasi dalam pembuatan pestisida yang ramah lingkungan dan efektif terhadap
sasaran yaitu pestisida nabati.
Tumbuhan Jalantir (Erigon sumatrensis) merupakan gulma
yang kurang dimanfaatkan. Selain itu merupakan tumbuhan racun bagi kelinci yang
bisa menyebabkan kematian (Davincirabbit,2012). Berdasarkan kajian ilmiah,
dalam daun dan akar tumbuhan Jalantir (Erigon
sumatrensis) mengandung senyawa saponin yang berpotensi keras bersifat
racun, disamping itu daunnya mengandung polifenol dan akarnya juga mengandung
flavonoida serta kulit batangnya mengandung alkaloid, flavonoida dan polifenol.
Oleh sebab itu tumbuhan Jalantir (Erigon
sumatrensis) berpotensi sebagai pestisida nabati.
1.1.2
IDENTIFIKASI
MASALAH
Apakah
ekstrak Jalantir (Erigon sumatrensis) dapat
dijadikan pestisida nabati sebagai alternatif pengendalian hama ulat daun (Plutella
xylostella)?
1.2
TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan
yang ingin dicapai melalui inovasi ini yaitu dapat menghasilkan pestisida
nabati (Pestisida botani) yang efektif terhadap sasaran hama Plutella xylostella dengan tidak
menggangu lingkungan dan manusia, bahkan aman bagi musuh alami.
BAB
II
METODOLOGI
2.1 LANDASAN TEORI
Penggunaan pestisida
sintetik merupakan metode umum dalam
upaya pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman pertanian. Kebanyakan pestisida sintetik
memiliki sifat non spesifik, yaitu tidak hanya
membunuh jasad sasaran tetapi juga membunuh organisme lain. Pestisida sintetik
dianggap sebagai bahan pengendali hama
penyakit yang paling praktis, mudah diperoleh, mudah
dikerjakan dan hasilnya cepat terlihat.
Padahal penggunaannya sering menimbulkan
masalah seperti pencemaran lingkungan,
keracunan terhadap manusia dan hewan peliharaan dan dapat mengakibatkan resistensi
serta resurgensi bagi hama
(M.Thamrin et al.,2005).
Klorantraniliprol sebagai
bahan aktif insektisida yang digunakan untuk mengendalikan hama ulat daun Plutella xylostella yang merupakan insektisida racun lambung dan kontak yang bekerja dengan mengganggu syaraf lambung ulat (Pipit
Wahyuni.,2012).
Pengendalian hama dengan menggunakan pestisida alami dapat
dijadikan pilihan paling tepat, murah dan lestari. Pestisida organik bersifat
mudah terurai menjadi bahan tidak berbahaya dan juga dapat pula dipergunakan
sebagai bahan pengusir atau repelen terhadap serangga hama tertentu,
menjadikannya alternatif dalam pengenalian hama lestari yang ramah lingkungan
(Octavia Dona.,et al, 2008).
Pestisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan
seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok
metabolit sekunder atau senyawa bioaktif. Beberapa tanaman telah diketahui
mengandung bahan-bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau menolak
serangga. Beberapa tumbuhan menghasilkan racun, ada juga yang mengandung
senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus
pertumbuhan serangga, sistem pencernaan,
atau mengubah perilaku serangga (Supriyatin dan Marwoto, 2000).
Menurut Grainge dan
Ahmed (1988) lebih dari seribu tanaman berpotensi sebagai pengendali hama
tanaman. Tanaman biofarmaka dan atsiri merupakan salah satu tanaman yang dapat
digunakan sebagai pestisida nabati. Umumnya termasuk kedalam famili Meliaceae,
Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae.
Menurut Lagare dan Hansel Erigon sumatrensis merupakan antibakteri dengan aktivitas yang kuat, dan
ada beberapa senyawa yang menunjukkan anti jamur.
2.1.1
KUBIS BUNGA
Gambar
1. Kubis Bunga
Kubis bunga (Brassica
oleracea var. botrytis)
merupakan sayuran yang penting di daerah dataran tinggi dan beberapa daerah
dataran rendah. Dari spesies ini, dikenal adanya dua sub-varietas, yatitu
sub-varietas cauliflora DC (macam-macam jenis kubis bunga putih) dan
sub-varietas cysoma Lamm (macam-macam jenis kubis bunga hijau atau
brokoli).
Tanaman
kubis bunga termasuk dalam golongan tanaman sayuran semusim atau berhari
pendek. Warna bunga mulai dari putih bersih hingga putih kekuningan, sesuai
varietasnya.
2.1.2 ULAT DAUN
(Plutella xylostella)
Gambar 2. Ulat daun (Plutella xylostella)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Yponomeutidae
Ordo : Lepidoptera
Famili : Yponomeutidae
Genus : Plutella
Spesies : Plutella xylostella L.
Spesies : Plutella xylostella L.
Hama
ulat daun Plutella
xylostella ( Lepidoptera : Plutellidae
) merupakan salah satu jenis hama utama di tanaman kubis-kubisan (daur hidup
ulat secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 1 ). Adapun bagian tanaman yang
diserang adalah daun, ulat memakan daging daun, sehingga hanya tersisa
tulang-tulang daunnya dan bagian atas epidermis daunnya saja. Hama ulat ini menyerang tanamanan pada
segala tingkatan umur. Selain menyerang daun,
ulat juga dapat menyerang titik tumbuh yang dapat menyebabkan terhentinya
pertumbuhan tanaman. Serangan hama ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar
yakni, mencapai 58% - 100% (Rahmat Rukmana, 1994). Maka dari itu pengendalian
ulat daun ini perlu dilakukan untuk pencegahan dan menekan kerugian akibat
serangan hama tersebut. Petani umumnya mengatasi gangguan hama ulat daun dengan
menggunakan pestisida kimia sintetik, karena dirasa sangat efektif dan
dirasakan cepat hasilnya, terutama pada areal yang luas. Dampak pestisida yang
digunakan selain memberi keuntungan
ternyata menimbulkan dampak yang tidak diinginkan jika penggunaanya berlebihan
atau tidak bijaksana.
2.1.3 JALANTIR (Erigeron
sumatrensis
Retz)
Gambar
3.(Erigeron
sumatrensis
Retz)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas :
Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Erigeron
Spesies : Erigeron sumatrensis Retz
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Erigeron
Spesies : Erigeron sumatrensis Retz
Tumbuhan Jalantir merupakan gulma yang banyak
ditemui di lahan. Dalam luasan 2.5 m² terdapat rata-rata 30% jalantir
( data lengkap terdapat dalam lampiran 2, 3, dan 4). Tumbuhan jalantir
merupakan salah satu jenis tanaman yang tidak boleh diberikan kepada ternak
kelinci karena mengandung racun, berupa zat saponin. Kandungan zat saponin ini
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pestisida nabati.
Gambar 4. Populasi Jalantir (Erigeron
sumatrensis Retz)
Tumbuhan ini memiliki daun bergerigi, berlekuk
menyirip dengan ujung runcing dan tingginya mencapai 10-200 cm. Bunga jalantir
bersifat heterogamus yang berwarna putih kekuning-kuningan. Tanaman ini
berbunga sepanjang tahun dengan sinar matahari langsung hingga di tempat
teduh,kering atau basah, mampu hidup pada ketinggian sampai dengan 3150 mdpl. Perkembangan
dan perbanyakan dengan biji.
Bagian dari tumbuhan jalantir pun merupakan obat
herbal bagi manusia seperti, daun
berkhasiat untuk obat sakit kepala (pusing), akar berkhasiat sebagai obat
nyeri pegal linu dan secara tidak langsung dapat menetralkan tekanan darah
(Biojana super,.2000).
2.2
HIPOTESA
Senyawa saponin bersifat racun bagi hewan
berdarah dingin dan hewan invertebrata seperti ulat daun
jika zat saponin diencerkan dengan air. Oleh sebab itu, tumbuhan Jalantir (Erigeron sumatrensis Retz) yang memiliki kandungan saponin berpotensi
sebagai pestisida nabati untuk ulat daun (Plutella xylostella).
2.3 TAHAP
PELAKSANAAN
2.3.1
TEMPAT DAN WAKTU
Percobaan
dilaksanakan di Sekolah Menegah Kejuruan Pertanian Pembangunan Negeri Lembang.
Percobaan dimulai dari Februari 2013 sampai dengan April 2013.
Alat yang digunakan yaitu :
·
Timbangan
·
Alat
penumbuk atau belender
· Baskom
·
Saringan
·
Batang pengaduk
·
Pinset
·
Gelas
ukur
·
Petridis
14 pasang
· Spatula
Bahan
yang di perlukan yakni :
- Daun Jalantir 500 gr
- Daun kubis bunga muda Varietas Lucky Boy dengan umur 1 bulan sebanya 14 helai (ukuran yang sama)
- Air 1 Ltr
- Ulat Plutella xylostella 100 ekor
2.3.2 TAHAPAN
PENELITIAN
1. TAHAP
PEMBUATAN EKSTRAK JALANTIR
Tahap
pembuatan ekstrak Jalantir bertujuan
untuk memisahkan kandungannya dari daun, batang dan akar Jalantir.
Berikut tahapan-tahapanya :
a.
Jalantir di bersihkan dari tanah dan kotoran lain
yang masih menempel.
b.
Jalantir kemudian ditimbang sebanyak 500 gr.
c.
Jalantir ditumbuk hingga halus.
d.
Setelah halus, Jalantir diperat hingga keluar
ekstraknya.
e.
Jika
Jalantir dirasa masih ada ekstraknya dapat ditumbuk lagi kemudian
diperat kembali.
f.
Langkah kelima (e) dapat dilakukan berulang-ulang
hingga ekstranya
habis.
g.
Simpan selama 24 jam ekstrak Jalantir untuk
difermentasi.
2. TAHAP UJI COBA EKSTRAK JALANTIR TERHADAP HAMA ULAT DAUN (Plutella xylostella
L).
Tahap ini bertujuan agar mengetahui larutan efektif yang dapat membunuh ulat daun.Uji coba
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Pisahkan ekstrak Jalantir
kedalam 12 gelas ukur.
b.
Gelas
ukur I 50 ml ekstrak Jalantir pekat yang telah difermentasi tanpa
campuran air.
c.
Gelas
ukur II 40 ml ekstrak Jalantir yang
telah difermentasi ditambah 10
ml air.
d.
Gelas
ukur III 30 ml ekstrak Jalantir yang telah difermentasi ditambah 20
ml air.
e.
Gelas
ukur IV 20 ml ekstrak Jalantir yang telah difermentasi ditambah
30 ml air.
f.
Gelas
ukur V 10 ml ekstrak jalantir yang telah difermentasi ditambah 40
ml air.
g.
Gelas
ukur VI 25 ml ekstrak jalantir yang telah difermentasi ditambah 25
ml air.
h.
Gelas
ukur VII 50 ml ekstrak Jalantir pekat tanpa difermentasi tanpa
Campuran air.
i.
Gelas
ukur VIII 40 ml ekstrak Jalantir tanpa
difermentasi ditambah 10
ml air.
j.
Gelas
ukur IX 30 ml ekstrak Jalantir tanpa difermentasi ditambah 20 ml
air.
k.
Gelas
ukur X 20 ml ekstrak Jalantir tanpa difermentasi ditambah 30 ml
air.
l.
Gelas
ukur XI 10 ml ekstrak jalantir tanpa difermentasi ditambah 40 ml
air.
m.
Gelas
ukur XII 25 ml ekstrak jalantir tanpa difermentasi ditambah 25 ml
air.
n.
Celupkan
semua daun kubis bunga kedalam masing – masing gelas ukur
dengan perlakuan berbeda selama 10 menit.
o.
Kering
anginkan daun yang telah dicelupkan.
p.
Daun
kubis bunga tanpa pestisida disimpan pada petridis A.
q.
Daun
kubis bunga dengan pestisida disimpan pada petridis B.
r.
Daun
kubis bunga yang telah mendapat perlakuan disimpan pada masing-
Masing petridis secara berurut.
s.
Simpan 5
ekor ulat Plutella pada masing - masing
petridis dan amati
setiap 12 jam.
3. TAHAP
PENGAMATAN DAMPAK PENGGUNAAN PESTISIDA EKSTRAK JALANTIR.
Tahap
pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui jumlah ulat yang mati serta melihat
keadaan daun. Pengamatan dilaksanakan selama 7 hari.
4.
DAMPAK
EKSTRAK JALANTIR
Berdasarkan
hasil pengamatan, ekstrak Jalantir tidak mempunyai dampak negatif terhadap daun
kubis bunga.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pengujian
ekstrak Jalantir digunakan metode residu pada pakan atau celup pakan (Subyakto,
2005).
HASIL PERCOBAAN
Tabel 1. Kontrol
No
|
Petridis
|
Hari ke-
|
Jumlah
Mortalitas
|
Total berat yang dimakan (gr)
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||||
1
|
A
(Tanpa perlakuan insektisida)
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
0
|
0,7859
|
2
|
B
(Menggunakan insektisida kimia)
|
M
|
M
|
M
|
M
|
M
|
M
|
5
|
0,0306
|
Tabel
2. Perlakuan Ekstrak Jalantir Dengan
Fermentasi
No
|
Petridis
|
Hari ke-
|
Jumlah
Mortalitas
|
Total berat yang dimakan (gr)
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|||||||||
1
|
C
(Ekstrak fermentasi jalantir pekat 50 ml)
|
H
|
H
|
M
|
M
|
M
|
M
|
5
|
0,8837
|
|||||
2
|
D
(Larutan 40 ml ekstrak fermentasi jalantir dan 10 ml air)
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
M
|
5
|
0,6853
|
|||||
3
|
E
(Larutan 30 ml ekstrak fermentasi jalantir dan 20 ml air)
|
H
|
H
|
H
|
H
|
M
|
M
|
5
|
0,5222
|
|||||
4
|
F
(Larutan 20 ml ekstrak fermentasi jalantir dan 30 ml air)
|
H
|
H
|
H
|
M
|
M
|
M
|
5
|
0,8576
|
|||||
No
|
Petridis
|
Hari ke-
|
Jumlah
Mortalitas
|
Total berat yang dimakan (gr)
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|||||||||
5
|
G
(Larutan 10 ml ekstrak fermentasi jalantir dan 40 ml air)
|
M
|
M
|
M
|
M
|
M
|
M
|
5
|
1,1472
|
|||||
6
|
H
(Larutan 25 ml ekstrak fermentasi jalantir dan 25 ml air)
|
H
|
H
|
H
|
H
|
M
|
M
|
5
|
0,4169
|
|||||
Tabel
3. Ekstrak Jalantir Tanpa Fermentasi
No
|
Petridis
|
Hari ke-
|
Jumlah
Mortalitas
|
Total berat yang dimakan (gr)
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||||
1
|
I
(Larutan 50 ml ekstrak jalantir pekat )
|
H
|
H
|
H
|
H
|
M
|
M
|
5
|
0,6362
|
2
|
J
(Larutan 40 ml ekstrak jalantir dan 10 ml air)
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
M
|
5
|
0,6274
|
3
|
K
(Larutan 30 ml ekstrak jalantir dan 20 ml air)
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
M
|
5
|
0,5893
|
4
|
L
(Larutan 20 ml ekstrak jalantir dan 30 ml air)
|
H
|
H
|
H
|
H
|
M
|
M
|
5
|
0,7016
|
5
|
M
(Larutan 10 ml ekstrak jalantir dan 40 ml air)
|
H
|
H
|
H
|
H
|
M
|
M
|
5
|
0,5590
|
6
|
N
(Larutan 25 ml ekstrak jalantir dan 25 ml air)
|
H
|
H
|
H
|
H
|
H
|
M
|
5
|
0,6142
|
|
Grafik
Mortalitas Ulat
1.
PEMBAHASAN




digunakan dengan
dosis anjuran 1 ml per liter. Bahan aktif tersebut merupakan racun sistemik,
sehingga ulat yang memakan sedikit daun langsung mati.






g.
Pada petridis G, ulat mati pada hari pertama
karena jumlah daun yang dimakan adalah jumlah terbanyak yaitu 1,1472 gr dengan
perlakuan paling cair dibandingkan perlakuan lain sehingga zat saponin bereaksi
lebih aktif.
h. Ulat yang terdapat pada petridis H mati pada
hari ke 5 dengan jumlah daun yang dimakan sedikit yaitu 0,4169 gr. Hal tersebut
terjadi karena zat saponin lebih aktif dengan larutan yang cukup cair.
i. Pada
petridis I, ulat mati pada hari ke 5. Jumlah daun yang dimakan yaitu 0,6362 gr,
dengan perlakuan sangat pekat sehingga zat saponin kurang aktif.
j. Ulat yang terdapat pada petridis J mati pada
hari ke 6, dengan jumlah daun yang dimanakan yaitu 0.6274 gr. Zat saponin
kurang aktif bereaksi karena larutan cukup pekat.
k. Pada
petridis K ulat mati pada hari ke 6, dengan jumlah daun yang dimakan 0.5893 gr.
Perlakuan pada petridis ini larutan Jalantir cukup pekat, sehingga zat saponin
kurang aktif.
l. Ulat
pada petridis L mati pada hari ke 5, dengan
jumlah daun yang dimakan 0.7016 gr. Zat saponin aktif karena larutan
cukup cair.
n. Ulat
pada petridis N mati pada hari ke 5, dengan jumlah daun yang dimakan 0.6142 gr.
Zat saponin aktif karena larutan cukup cair.
3.2. KESIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan, perbandingan perlakuan larutan jalantir
yang paling efektif adalah petridis C (Ekstrak
fermentasi jalantir pekat 50 ml) karena daun yang dimakan
lebih sedikit dibandingkan perlakuan pada petridis G, dan petridis G (Larutan 10 ml ekstrak fermentasi
jalantir dan 40 ml air) lebih efektif dalam hal larutan yang lebih cair.
Ekstrak jalantir
berpotensi dijadikan sebagai alternatif pestisida nabati. Cara kerja ekstrak Jalantir yang
dicampurkan dengan air dalam jumlah tertentu akan menghasilkan zat saponin yang
lebih aktif, hal ini menyebabkan sifat racun saponin bekerja pada daun sehingga
ulat kehilangan nafsu makan. Hal ini disebabkan zat saponin mempunyai rasa
pahit sehingga menghilangkan nafsu makan ulat.
3.3.
SARAN
1.
Penelitian
pestisida Jalantir ini merupakan penelitian kali pertama yang dilaksanakan,
oleh sebab itu masih kurangnya referensi serta banyak kekurangan lainnya yang
harus diperbaiki.
2.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui efek langsung aplikasi di lapangan.
3.
Perlu
adanya penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan konsentrasi paling optimal dalam
pengaplikasiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hansel
CG, Lagare VB. (2005). Antimicrobial
Screening of Maranoo Medicinal Plants. Retrieved June 27, 2009. From http :
//www.msumaidu.ph/pdf/_2005.pdf.
http://davincirabbit.wordpress.com/2012/05/23/prinsip-hijauan-rumput-untuk-kelinci/
Ir. Cahyono Bambang, 2001. Kubis Bunga dan Broccoli. Kanisius,
Yogyakarta.
Prof. Dr. Ir. I Wayan Laba,
MSc.,2012. Formulasi Produk Pestisida.Nabati
Bahan Aktif Saponin.Azadirachtin, Eugenol dan Sitronela untuk Mengendalikan
Hama Utama Kakao. Balittro,Bogor.
Rinsema,W.J.,1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhratara,
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar